Penyangga

 

Masih ingatkah pelajaran kimia SMA tentang buffer? 

Buffer atau larutan penyangga adalah larutan kimia yang mampu mempertahankan kestabilan pH meskipun ditambahkan larutan asam atau basa kedalamnya maupun dilakukan pengenceran. 



    Bukan hanya larutan kimia yang membutuhkan penyangga, manusia juga. Dalam kondisi belum stabil penyangga dapat menegakkan objek; manusia membutuhkan penyangga berupa dukungan, baik moral ataupun materil. Semangat yang dapat menggerakkan nyali dan materi sebagai alat penebus keperluan. Apa jadinya bila dua insan anak manusia yang sama-sama berjuang mewujudkan cita-cita berjalan bersama dalam sampan kecil asmara?. Seberdarah apa satu sama lain mengorbankan apa yang bisa dikorbankan?. 

    Barangkali Serumit itulah jalan yang kami tempuh. Seumuran dan sama-sama berangkat dari nol. Memulai pertemuan tiga tahun yang lalu, saat sama-sama menempuh tingkat akhir perkuliahan. Menjadikan skripsi  dan magang sebagai alasan bertemu serta saling mengadu nasib satu sama lain. Tak terbayangkan akan sejauh ini menjalin hubungan muda mudi hingga mendambakan sebuah pelaminan. Sesuatu yang senantiasa disemogakan juga diusahakan.

    Kami bukanlah insan yang terlahir dengan sendok emas. Pasang surut kehidupan beberapa kali kami lewati, mungkin saat ini salah satunya. Ada sebuah kutipan mengatakan "beruntung seseorang lahir dari keluarga berada namun lebih beruntung lagi mereka yang diberi tulang yang kuat untuk meraih cita-cita". Mereka yang terlahir dengan jalan yang dibangunkan keluarganya memiliki satu beban yang berkurang dipundaknya. Mereka tak bersusah payah membingungkan harus memulai darimana untuk melangkah. Berbeda dengan mereka yang harus lebih dulu membabat jalan mereka, menyingkirkan onak dan semak, butuh satu kekuatan lebih dibandingkan yang telah berjalan di jalan yang mulus.

    Dalam proses perjuangan tersebut sebagai makhluk sosial, sudah selayaknya bila manusia memerlukan manusia yang lain. Suatu keniscayaan tolong menolong lahir darisana. Saling menguatkan bergantian, meyakinkan bahwa semua pasti bisa dilalui. Sebagai buffer adakalanya energi habis. Pesimis mulai mengikis. Membuat nyali tipis, bahkan hanya untuk menggubris tips-tips yang hanya teoritis. Buffer yang dulu kukira sebagai penguat pada kenyataannya perlu dikuatkan juga. Kadarnya yang sesekali berkurang perlu suplai dari yang berlebih energi. Dari sinilah sebuah usaha dalam sebuah komitmen tak bisa dipukul rata 50:50, sesekali 70:30 tergantung siapa yang sedang perlu dan siapa sedang berlebih.

    Senyawa kimia dalam buffer juga begitu. Perbandingan yang terjadi tak selalu terbagi utuh 50:50, penyesuaian dilakukan untuk mendapatkan kestabilan yang diinginkan. Selama tak ada yang keberatan dan masih dalam dekap ketulusan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Saling dukung, menguatkan, menghidupkan satu sama lain. Semua layak diperjuangkan dan diusahakan selama tak saling menghilangkan identitas satu sama lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Dalam Ingatan

Tak Apa-Apa

Bagaimana Bila Nanti............