Menuju Dua Puluh Tujuh
Pergantian
tahun tinggal menghitung jam. Dalam kedipan mata 2024 tertanggal dari kalender.
2025 telah menyiapkan diri untuk mengisi posisi pendahulunya. Ada yang datang, ada juga yang pergi.
Tahun ini tersemat 26 tahun sudah usiaku. Hitungan jam saja masa 26 itu mulai memudar. Tahun 2025 menyeretku pada kenyataan bahwa usiaku mulai serius. Tepatnya 27 tahun pada juli nanti. Sesungguhnya tak ada yang istimewa dengan angka 27. Sama seperti usia-usia 20-an lainnya tapi entah kenapa ada rasa yang tak bisa dijelaskan. Tak bisa diutarakan dengan gamblang.
Pada satu film berjudul "3 Hari Untuk Selamanya" ada cuplikan yang cukup mengena. Kalimat itu diucapkan oleh Nicholas Saputra yang berperan sebagai Yusuf, “Pas lo umur 27, lo akan mengambil sebuah keputusan penting yang akan mengubah hidup lo”, kalimat itu diulang sebanyak tiga kali oleh Yusuf.
Menurutnya, usia 27 adalah masa dimana pintu-pintu dibuka atau ditutup oleh Tuhan. Selain usia 27, waktu bermakna menurut Yusuf adalah usia 29 tahun. Tepat di usia 29, posisi bumi dengan Planet Saturnus kembali ke posisi awal saat kita baru lahir. Planet Saturnus inilah yang memengaruhi alam bawah sadar, naluri alamiah manusia pun keluar semua. Menurut kalkulasi dalam astronomi, Saturnus membutuhkan waktu kurang lebih 29,5 tahun untuk kembali ke posisi awal ketika kita dilahirkan (Saturn return). Saat itulah, periode yang direlasikan untuk sampai pada titik balik kehidupan, penerimaan, menemukan jati diri, dan memutuskan keputusan penting dilahirkan.
Awal menonton film ini aku anggap apa yang dikatakan Nicho hanyalah kalimat pada skenario. Kini semua terasa ada benarnya. Atmosfer dewasa yang entah dari mana datangnya. Diam-diam menyelinap ke dalam jiwa yang memuja kebebasan. Walau mungkin kebebasan itu kadang hanya semu.
Menuju 27 tahun. Itu artinya musim ke-20 telah memasuki episode ke-7. Bayang-bayang musim ke-30 mulai menghantui sesekali. Dalam hitungan 3x365 hari masa dewasa awal ini tak lagi berlaku. Semua hal terasa begitu serius. Setidaknya begitu gambaran yang beredar dimasyarakat pada umumnya.
Dari hal ini aku tersadar, manusia yang berada dalam konstelasiku berkurang. Lebih banyak waktu terlewati sendiri alih-alih bersama mereka yang terkasih. Serupa senja di persimpangan jalan perbatasan. Semua berkutat dengan urusannya masing-masing. Kadang juga berakhir dengan asing. Dan tak hiraukan lukisan indah semesta.
Dua puluh tujuh. Barangkali adalah angka yang menyimbolkan usia dewasa yang hampir matang. Entah hanya berlaku di bumi Indonesia atau belahan dunia lain juga begitu. Namun yang harus hati-hati ialah, apapun hal besar yang akan diambil diusia angka berapapun,
pastikan keputusan itu lahir dari pikiran serta hati yang saling setuju dan berada pada kesadarannya......
Komentar
Posting Komentar