Keenan-ku

 

Keenan adalah tokoh yang lahir dari sebuah novel karya penulis terkenal Dewi Lestari yang difilmkan dengan judul yang sama, “Perahu Kertas”. Dia cerdas, berjiwa seni, berbakat, artistik, pandai melukis tapi harus berkuliah di Fakultas Ekonomi karena menuruti perintah sang ayah. Tapi ini bukan cerita tentang Keenan itu. Ini adalah cerita manifestasi Keenan yang (semoga) menemani hari-hariku nanti kedepan.

Sebagai manusia yang telah banyak menonton ulang film “Perahu Kertas”, tak dapat dipungkiri satu demi satu adegan telah membius bahkan menghipnotisku untuk memiliki hubungan yang sama. Berkenalan, bersahabat, jatuh cinta, begitu mungkin urutannya. Dan jangan lupa jatuh cintanya dengan sahabat sendiri. Namun harus disadari. Dalam kehidupan ril semua manusia mempunyai ceritanya yang bahkan lebih indah dari film dan novel.




Dalam deskripsi seorang Nai, keenannya adalah seorang yang berintelektual. Dapat menjadi sosok yang nyaman dalam berbincang apapun. Sesekali menjadi ensiklopedia, peta atau bahkan kamus dalam menjelajah petualangan kehidupan. Sebagai tim yang kooperatif dan solid, aku sangat menghormati seseorang yang dapat bernegosiasi, berkompromi, berdiskusi tanpa menghakimi. Menjadi sahabat hidup yang “saling” dalam menjalani peran kehidupan. Kalimat yang sering aku gaungkan “sahabat hidup dalam segala musim, segala kondisi”.

Bila Keenan berbakat melukis, Keenan-ku nanti cukup mencintai hobi baiknya saja. Senantiasa “excited” dalam menjalani passionnya, syukur-syukur dengan senang hati berbagi dunianya itu padaku. Menumbuhkan mimpi berdua lalu mewujudkannya bersama.

Keenan-ku boleh mengekspresikan segala bentuk bahasa cintanya. Namun yang pasti ia haruslah respect dan lovable. Memahami bagaimana harus mencintai dan dicintai. Bersyukur memiliki aku dan saling mengupayakan hal-hal baik untuk merekahnya cinta dan sayang kami.

Keenan adalah sahabat yang menanamkan ketenangan bukan kecurigaan. Saling menghadirkan kehangatan, kesabaran, dan penerimaan. Siapa yang menjadi pasangan hidupku haruslah bersahabat dengan tulus dan tanpa syarat denganku. Saling ada, saling mengobati, saling mengisi, saling belajar, adalah nyawa bahtera kami. Entah kapan kapal akan berlayar. Hal pertama yang kulakukan bila bertemu nanti, akan aku peluk erat Keenan-ku.

Aku selalu berdoa untuk dapat melihat segala kebaikan padanya dengan mata hatiku. Aku senantiasa meminta untuk diyakinkan menerima dia seumur hidupku bila waktunya tiba. Berlindung dari keburukan yang ada pada dirinya. Lalu meminta untuk dimudahkan jalan untuk bersatu dengannya.

Keenan-ku, aku tak tahu dimana kini kau berada. Petualangan apa yang sedang kau jelajahi juga musim apa yang kau lewati. Semoga Tuhan menjaga hati baikmu. Tak membuat aku menunggu lama. Lekas menemui aku dalam dermaga penantian. Keenan, entah nanti kau akan berwujud dengan nama siapa, mata ini akan selalu penuh rindu ketika menatapmu. Dan jiwaku ingin menyatu bagaimanapun itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dia Dalam Ingatan

Amatir Asmara

Tak Apa-Apa