Hiburan Jadi Keresahan
Tulisan ini lahir dari keresahan, banyaknya kerusakan dan keburukan dari sesuatu yang awalnya diniatkan menjadi hiburan.
Sebagai salah seorang warga Jawa Timur yang tinggal di salah satu kabupaten dengan populasi sound horeg cukup lumayan, ada keresahan tersendiri yang saya rasakan beberapa akhir ini. Hobi yang konon katanya membawa banyak kesenangan dan hiburan ini, kini tak lagi sesuai dengan tujuan awalnya. Musik khasnya yang menggoda siapapun pendengarnya untuk berjoget, semangat jedag-jedugnya yang menghipnotis, kini hanya menyuburkan tarian-tarian erotis yang sangat jauh dari kesopanan juga menimbulkan kerusakan fasilitas umum bahkan properti pribadi.
Suara musiknya yang dahulu dapat
membangunkan semangat dan bahagia, kini hanya menyisakan keibaan bagi mereka
yang kalah dengan ukuran kendaraan-kendaraan pengangkut sound itu.
Pembatas-pembatas jalan dan jembatan yang seyogyanya menjadi fasilitas umum
yang dibangun dari pajak dibobok paksa demi ego bobrok tak bertanggungjawab.
Entah kapan tepatnya kebiasaan baru
ini muncul, khususnya di Jawa Timur. Pengeras suara disusun setinggi mungkin
hingga melebihi kabel aliran listrik. Suara yang menggelegar mendebarkan
jantung pun merontokkan atap rumah. Tak ada sedikitpun menghibur, kecuali bagi
yang telah mengucurkan biaya penyewaan atau mereka yang meraup saweran. Tak ada manfaat selain membuat sesak
para warga yang dirugikan.
Sebagai seorang yang pernah turut
memeriahkan hari kelahiran Indonesia, saya juga pernah berpartisipasi dalam
karnaval sebagai penari dengan diiringi sound seperti ini. Namun karena saat
itu belum serusuh saat ini, rasa khawatir itu timbul tenggelam dengan harapan
tujuan awal sebagai hiburan tak berubah jadi keresahan. Tapi kini semua tak
lagi seperti dahulu. Yang awalnya bertujuan ikut memeriahkan dirgahayu malah
berubah menjadi kegiatan tak tahu waktu. Pawai dimulai dari matahari belum naik
hingga langit subuh bertandang. Sudah tak terhitung berapa rakaat salat yang
diabaikan para warga. Lalu hiburan darimana bila waktupun tak dihiraukan lagi?
Ada satu kutipan entah darimana yang
cukup pas digunakan sebagai pengingat bagi para penggiat sound horeg ini. “Hobi
yang merugikan orang lain, lahir dari hati yang tak punya rasa malu”.
Seharusnya hobi adalah hal yang membawa manfaat bagi diri sendiri,
syukur-syukur memberi dampak baik bagi khalayak umum. Namun bila hobi tersebut
hanya menimbulkan kerugian, keresahan, bahkan kerusakan sudah barangkali perlu
dibenahi bila masih memungkinkan dan dituntasi bila telah banyak memakan hati.
Komentar
Posting Komentar