Hal Kecil Bernama "Syukur"

 

Photo by Ann on Unsplash

Bogor, 9 Januari 2021
    Hujan kala itu menyambut hari sabtu sedari dini. Rintik air yang menghujam, langit yang gelap, dan suhu yang dingin seakan melenakan diri untuk enggan beranjak dari tempat tidur. Jam pada layar ponsel telah menunjukkan pukul 06.00 tapi belum nampak cahaya cerah dari jendela. Hari itu sungguh memanjakan rasa malas diri ini. Niatan untuk mencuci baju yang telah ditunaikan hari sebelumnya, sedikit melegakan meski pakaian tak benar-benar kering. Memang beberapa hari kemarin aku tak bisa mencuci baju karena hujan yang terus menerus berdatangan, hingga pada Hari Jumat langit sedikit berbaik hati mempersilahkan matahari memancarkan cahaya beserta panasnya untuk bumi. Dan di hari yang tidak cerah inilah aku dapatkan kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang membuat tulisan ini lahir.
    Sabtu ini diawali dengan UAS salah satu mata kuliah yang harus aku selesaikan. Persiapan yang (tak) siap, ya karena ujian di masa daring ini mahasiswa dimudahkan dengan slide kuliah yang sangat bisa dibuka. Sedangkan jawaban dari soal pasti dari slide, maka dari itu untuk mengefektifkan waktu maka aku urungkan niat untuk belajar. Sembari menunggu waktu ujian yang telah dijadwalkan pukul 13.00 sampai 15.00 aku mengisi dengan melihat media sosial, tentu bukan untuk mencari gosip terbaru ya (euhh) tapi buat lihat berita bermanfaat ataupun sekedar informasi yang (mungkin) berguna untuk keseharianku. Dari Facebook (FB), Twitter, Instagram (IG), hingga Line semua tak luput dari guliran jemariku. Banyak informasi terbaru yang tersimpan di penyimpanan IG pun banyak video-video lucu yang disajikan FB begitu terus berlanjut hingga terdengar adzan yang menjeda kegiatan sedikit faedah tersebut.
    Hingga tiba waktunya ujian. Buka soal, slide kuliah, dan seperti biasa diskusi di gmeet. Ujian pun selesai dan tiba saatnya untuk berbagi cerita, dan hal inilah yang melenakan. Aku lupa aku punya jemuran yang belum kuangkat. Hujan yang turun pun membuat aku buru-buru ke atas untuk mengambil jemuran dan aku dapatkan hal bahagia pertama itu. Yup, jemuran ku udah diangkatin. Mungkin gak plot twis ya dan sudah dapat dipastikan Ibu kos ku lah aktor nya. Hal tersebut bukanlah kali pertama. Banyak hal membahagiakan yang diberikan oleh ibu kos ini. Mulai dari membantu aku merapikan barang-barangku, memberi teman nasi, mengingatkan untuk menutup horden dan yang sering dilakukan yaitu mengangkatkan jemuranku. Ketahuilah sudah tiga kali ini aku pindah hunian selama aku berkuliah dan belum pernah kudapatkan perhatian yang sama besar seperti orang tuaku berikan. Itu adalah bahagia pertamaku hari ini.
    Selanjutnya bahagia kedua yang aku dapatkan berasal dari pedagang yang sering bahkan hampir setiap sore mangkal di depan kos ku. Abang bakso aku menyebutnya. Sewaktu awal aku menghuni kosan ini setiap sorenya terdengar suara mangkuk beradu dengan sendok, dan siapa lagi kalau bukan abang ini pelakunya. Penasaran sore ini aku niatkan membeli baksonya dan benar saja bahasanya sangat familiar ditelinga. Abangnya berbicara dengan logat jawa, untuk memastikan aku tanya darimana asalnya. Jawa Timur. Sungguh bahagia yang sederhana, mendengar kata Jawa Timur. Walau tidak satu kabupaten namun aku cukup senang bertemu saudara satu rumpun yang memiliki ciri khas bicara sama. 
    Hal yang begitu menyenangkan aku yang ketiga tatkala ponselku berdering dan dari seberang terdengar suara ibuku. Suara yang aku rindukan sejak kemarin akhirnya aku dengar juga malam ini. 8 Januari kemarin aku sempat patah hati hanya karena hal sepele, ibuku tak bisa kuhubungi sedang aku sangat butuh bercerita dengannya. Marah, menangis, sebal semua bercampur hingga membuat aku begadang semalaman dan kini aku dengar sapaan lembutnya dari bilik ponsel. Rindu juga manja itu terbayarkan.
    Banyak hal bahagia lain yang sesungguhnya harus ku syukuri hari ini. Namun ketiga bahagia diatas cukup mewakilkan untuk menceritakan betapa besar rasa syukur yang aku guyurkan pada tiap sujud. Mulai bangun hingga terlelap tak hentinya bahagia itu menyunggingkan senyum di bibirku. Walau hal-hal yang menghampiri adalah hal sederhana bahkan kecil bila dilihat dengan mata biasa namun bagiku semua hal itu memberi rasa bahagia yang luar biasa besarnya. Masih adakah kalian yang berpikir akan bahagia dulu bersyukur? atau kalian akan mulai menerima setiap hal dalam hidup kalian dan mengsyukurinya agar hadir bahagia itu? . Percayalah hal-hal kecil disekeliling kalian itulah pembawa bahagia terbesar, maka dari itu pandai-pandailah kau mensyukurinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Panjang

Lingkaran Takdir

Amatir Asmara