Jalan Panjang

    Semesta punya caranya dalam berkomunikasi dengan manusia. tanpa harus kita meminta ia akan senang hati memberikan sinyalnya untuk setiap kejadian yang tidak langsung kita ketahui, sebut hal itu sinyal atau radar. Sebuah alarm yang dapat dibaca oleh intuisi setiap insan manusia. Namun tak semua insan dapat menerjemahkannya, sebab sebagian dari mereka lebih percaya pada logika. Begitu mungkin rupa-rupa manusia.
    Dalam menjalani kehidupan setiap insan memiliki landasan pacu yang berbeda antara satu dengan lainnya. Lama perjalanannya tak bisa diukur dengan ukuran teman seperjalanan. Terlihat satu jalur namun dengan tujuan yang berbeda. Ada saatnya kita berhenti dan orang lain berjalan, ada giliran kita berjalan dan orang lain berhenti, begitu seterusnya.
    Dalam sebuah jalan panjang menuju tujuan yang dituju akan selalu ada persimpangan jalan, entah sebuah pertigaan, perempatan, atau bahkan sebuah jalan buntu. Keniscayaan masuk dalam labirin tak dapat ditolak. Dan saat itulah intuisi diuji. Mulai dari membaca setiap suasana, menebak isi kepala orang yang kita temui, bahkan meramal yang akan terjadi atas tindak tanduk seseorang tersebut pada diri kita. Intuisi dan kepekaan adalah kombinasi apik untuk membaca hal-hal tersebut.




Foto oleh Kaboompics .com dari Pexels



    Jalan panjang kehidupan, lahir hingga kembali pada illahi. Bukan sekadar sebuah tujuan namun hidup adalah proses panjang. Membandingkan perjalanan hidup dengan orang lain tak akan mengurangi ataupun memperpanjang jalan kehidupan. Meminta Tuhan untuk mempercepat atau memperlambat  segala keinginan juga tak akan menjamin kepuasan terpendam. Sebab manusia tak akan pernah puas selama jantungnya berdetak. Akan selalu ada hal baru yang menggoda nafsu, mengusik kepuasan yang telah didapat sebelumnya dan membuat logika mempertanyakan ulang.
    Pencapaian demi pencapaian, semua berlomba menjadi pemenang di dunia. Hingga tiba realita menghantam dan semua yang diambisikan tiada arti lagi. Memiliki mimpi, harapan, dan cita-cita adalah cara seseorang bertahan dalam menjalani kehidupan namun bersamaan dengan itu harapan juga yang membuat manusia kecewa. Tarik ulur kehidupan, pasang surut, gelap terang, Tuhan jadikan segala hal seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Darisinilah manusia belajar arti kata "cukup".
    Cukup, tak kurang pun tak lebih. Semua tertakar sesuai seharusnya. Terukur sesuai dengan kebutuhan perjalanan manusia. Sehingga tak ada keberatan maupun kekurangan. Bekal yang baik selalu menyesuaikan lama perjalanannya. Hingga akhirnya tiba di tempat tujuan menikmati akhir dari semua perjuangan.
    Jalan panjang kehidupan. Meski tak selalu mulus, sesekali terseok-seok bahkan harus tersandung batu perjalanan harus tetap berlanjut. Apabila tak sanggup berlari, berjalanlah. Berjalan tak bisa merangkaklah. Kekuatan itu akan selalu ada dan selalu menyertai. Bukankah dahulu kita juga pernah sejatuh itu? namun kita tetap bisa bangkit dan berdiri tegak bukan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lingkaran Takdir

Amatir Asmara