Lingkaran Takdir

 “Jalan untuk menghindari takdir adalah jalan menuju takdir”  -Sujiwo Tedjo-

    Begitulah kutipan yang dikatakan seorang seniman saat diwawancara pada sebuah acara. Perlahan aku resapi, unik sekali proses dalam kehidupan. Tidak seteknis yang dibayangkan sebelumnya. Hidup kadang kidding, hidup kadang sebecanda itu. Manusia saja yang terlalu serius memainkan sandiwaranya.

Menghindari bahkan menolak sesuatu yang memang telah digariskan hanyalah sebuah kesia-siaan. Ibarat seseorang di dalam hutan, ia hanya berputar dan pada akhirnya bertemu pohon yang sama. Apakah selamanya akan tersesat? , tidak bagi mereka yang mau mencari jalan pulang. Menyelesaikan yang tertulis, menjalani hingga selesai, mengikuti proses yang dimau oleh semesta.

Semesta tak berjanji semua akan berjalan cepat atau lambat tapi ia hanya buktikan bahwa semua pasti terjadi sesuai dengan ritme dan semestinya. Jalan yang telah terbentang membawa masa nya sendiri. Jatah, wayah, wadah, setiap manusia tidak ada yang sama. Selama napas berhembus, selama itu pula manusia bisa mengusahakan sekuat tenaga hal-hal baik dalam hidup.


Source: Dokumen Penulis


Coba ingat-ingat lagi kapan kalian menolak sesuatu tapi pada akhirnya bertemu lagi dengan hal tersebut, berkutat dengannya atau bahkan mengambil banyak pelajaran hidup darinya. Entah itu sebuah cita-cita, manusia, atau hal apapun dalam hidup. Kehidupan memang sebecanda itu. Membenci sesuatu tak lama diubah menjadi suka bahkan cinta. Menghindari suatu pekerjaan pada akhirnya harus berkutat dengan pekerjaan itu. Banyak hal tak terduga yang pada akhirnya mengantarkan seseorang dalam mengarungi kehidupan.

Salah satu surat dalam kitab suci Al-quran bersabda, “boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (juga) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu”. Bila boleh mengakui sesungguhnya tiada hal yang diketahui manusia. Apapun yang ia tahu hanyalah kebetulan yang Tuhan perlihatkan. Tidak ada yang benar-benar diketahui namun terkadang seolah-olah menjadi yang paling tahu.

Menyelesaikan daur dalam lingkaran takdir, mengikhtiarkan seoptimal mungkin, dan memohon pada-Nya, mungkin begitulah cara menjalani suratan-Nya. Mengeluh hanya melegakan sementara, kadang malah melahirkan prasangka buruk pada sang pemberi takdir. Keterbatasan kita dalam membaca dan mengartikan pesan semesta mengundang keputus-asaan lebih cepat daripada prasangka baik atas apa yang terjadi. Kadang ikhlas menerima dan mengecilkan rasa ingin tahu lebih baik daripada merengek sambil berprasangka tidak-tidak. Disinilah kepercayaan kita pada-Nya diuji. Ketika diberikan sesuatu yang belum kita ketahui alasannya tapi kita dipaksa untuk menyelesaikannya. Apapun itu selesaikan, agar lekas bertemu harapan yang kau gantungkan pada-Nya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Panjang

Amatir Asmara