Menjalin Rasa

 Teman hidup. Sudahkah kalian menemukannya? atau mungkin kini sudah bersamanya?, rasanya cukup sulit atau bahkan tidak mudah menemukan atau ditemukan olehnya. Entah kebetulan atau memang telah ditakdirkan namun rasanya semua telah direncanakan oleh-Nya. Kalau kata Tulus dalam lirik lagunya, "Di dekatnya aku lebih tenang, bersamanya jalan lebih terang", mungkin begitu rasanya.



Sahabat hati di segala kondisi, benarkah seperti itu? Apakah dia benar-benar tau semua kondisimu? bahkan untuk kondisi baru yang  belum pernah ia ketahui. Mengikrarkan seseorang menjadi sahabat saja tidaklah cukup. Perlu komunikasi, pengertian, toleransi, bahkan kesabaran untuk tetap mempertahankan frekuensi yang sudah ada. Itulah mengapa perlunya "grow as we go", bila ingin menetap untuk jangka waktu tak terbatas dengan seseorang, bertumbuh seiring berjalannya waktu dan terus belajar adalah hal yang penting. Buka mata, buka telinga, peka kan hatimu. Pernahkah terbersit tanya mengapa chemistry aku dan dia akhir-akhir ini sering melemah ya? Kok radarnya gak sekuat dulu ya? , dan banyak pertanyaan lain yang sebenarnya mengindikasikan ada yang berubah dalam "atmosfer" bersama yang telah dibangun. Namun sayangnya semua itu sering terabaikan, terkabutkan oleh rutinitas dengan kedok kesibukan. Lalu yakinkah di saat seperti itu semua akan tetap baik-baik saja? Yakin tak ada yang sakit? atau mungkin tak ada yang luka? .

Menjalin rasa artinya menjalin emosi antar satu sama lain. Emosi yang tidak pasti keadaannya memang perlu mendapat "treatment". Banyak mendapat abai dan tak dirawat, cepat atau lambat akan menjadi boomerang untuk yang menjalaninya. Ibarat dua orang yang berjalan bersama ketahui apa yang dirasakan temanmu itu. Bisa saja kau meninggalkannya dengan melangkah jauh ke depan demi mencapai tujuan lebih cepat, namun bagaimana dengannya yang sedari dulu bersama? Kau biarkan tertinggal di belakang? sendiri? padahal bila kau bisa sedikit bersabar, kau akan tahu bahwa yang ia inginkan hanya istirahat sebentar. 

Jeda, mungkin itu yang diperlukan. Melihat jauh ke dalam diri, mencari sekiranya apa yang perlu diperbaiki. Pembicaraan ringan aka basa-basi sudah tak berarti. Coba tanyakan pada diri, sudah siapkah memaafkan lebih luas? sudah siapkah belajar lebih banyak dari sebelumnya? sudahkah siap memaklumi lebih sering? sudahkah siap bertumbuh dan berbagi? dan yang teramat penting, apakah sudah ada penerimaan, pengertian, serta ketulusan?. Semua pertanyaan itu harus kau tanyakan pada dirimu sebelum benar-benar melangkah pada hubungan yang lebih jauh. Aku tak tahu kapan semua itu akan ada menemukan jawaban, namun semua akan terjawab sekalipun tak terjawab adalah jawabnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Panjang

Lingkaran Takdir

Amatir Asmara