Pulang (kemana) ?


 Setelah lama pergi tak dapat dipungkiri tempat dimana kita berasal pasti seringkali mengundang rindu. Kenangan masa kecil bersama sahabat lama yang begitu polosnya dan banyak cerita-cerita di masa silam yang begitu mengusik pikiran. Tak aral membuat seseorang rela mengorbankan waktu dan materi untuk sekedar menengok kampung halamannya. Hal itulah yang senantiasa akrab bagi para perantau. Entah mereka yang merantau untuk bekerja atau mereka yang menuntut ilmu.

Pulang yang senantiasa diidentikkan dengan kembali ke rumah atau daerah asal dewasa ini telah mengalami banyak perubahan arti. Atau mungkin baru saya yang tau makna lain dari pulang setelah berusia kepala dua. Anggap saja begitu. Salah satu proses dari berkembangnya pikiran seorang manusia. Dari ketidaktahuan menjadi tau dan bijak.

Setelah bertumbuh selama tiga tahun menuju empat di perantauan tanpa disadari membuat pola pikir dan sikap saya berubah. Dulu yang masih sering bergantung dengan keluarga kini mulai belajar untuk berdiri di kaki sendiri, sesederhana coba sana sini mencari sesuatu yang dapat menghasilkan cuan, pastinya yang halal ya. beberapa pelajaran pun kadang juga sedikit rumit, misalkan mengamati lingkungan sekitar agar bisa beradaptasi dan menyesuaikan meskipun terkadang harus sedikit "maksa". Mengenal banyak orang untuk memperlebar pertemanan, dan bila beruntung mendapatkan sahabat yang ada untuk bahagia dan sambat. Begitulah potongan pelajaran dari tanah rantau walau tak semua seperti itu namun pada umumnya begitulah polanya.


                                                   Sumber: pexels.com/photo/brown-wooden-house-and-dock-3205909/


Diatas merupakan cerita "pulang" yang dimaknai fisik atau diidentikkan dengan seseorang  yang kembali dari keterasingan menuju tempat asalnya, lalu bagaimana bila "pulang" disini dimaknai kembali dari kepura-puraan menuju keaslian ?, seseorang yang merasakan kecewa pada suatu hal namun karena ia dituntut keadaan untuk tak mengekspresikan perasaannya ia akhirnya berpura-pura menjadi baik-baik saja atau mungkin begini dia yang aslinya seorang sederhana namun demi mendapat pengakuan dan kawan ia harus sedikit bermewah. Ya, mungkin itulah maksud dari pertanyaan diatas. Pulang atau kembali pastinya dilakukan dari sesuatu yang melelahkan menuju tempat nyaman. Dari yang dulunya kepayahan menjadi kekuatan. Pulang, balik, kembali, erat kaitannya dengan tempat. Entah memang tempat dalam bentuk fisik bangunan maupun sesuatu hal yang dapat menampung kelelahan hati.

Pergumulan masalah, perkara, kesulitan yang beberapa waktu menimpa membuat saya menemukan pulang dalam versi lain. Kehidupan yang saya ibaratkan perjalanan panjang ini melahirkan sebuah pembelajaran yang bagi saya perlu untuk diabadikan. Setidaknya dalam sebuah tulisan.

"Rumah terbaik (untuk pulang) cukuplah dirimu sendiri dan Tuhan. Tiada yang lebih mengertimu selain dirimu sendiri, tiada yang dengan terbuka mendengar keluh kesahmu selain Tuhan-mu. Jalan memang tak selalu mulus, juga tak semua lurus namun semoga ada raga  tangguh, hati yang luas, dan jiwa kuat tuk melewatinya. Tidak selalu selepas hujan ada pelangi tapi selalu ada tempat untuk sekedar berteduh, juga ada rintik hujan yang bisa sembunyikan tangis. Selalu dan akan selalu begitu. Sang Maha Segalanya selalu memeluk hamba-Nya lewat apapun, senantiasa menolong dengan cara apa saja"

Begitulah pulang dengan arti lain yang saya dapatkan. Tempat kembali dari semua sesaknya perkara dunia yang entah kapan akan akhirnya. Pulang juga berarti dari keterasingan menuju keakraban. Pulang, kadang juga membuat seseorang mencari kemana tempat yang harus ia tuju karena sesungguhnya pulang mengingatkan bahwa serumit hal yang dijalani akan menemukan akhir penyelesainnya karena segala yang terjadi mempunyai tujuannya masing-masing. Lalu harusnya kemana harus pulang?, coba rasakan dimana diri tidak merasa asing, dimana tempat nyaman itu, dan dimana kehangatan selalu menyapa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Panjang

Lingkaran Takdir

Amatir Asmara