Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Amatir Asmara

Gambar
 Mengingat tahun-tahun yang telah berlalu,  soal asmara sepertinya masih dikatakan "amatir". Memang kapan manusia bisa disebut ahli dalam asmara?, bukannya soal cinta kita semua hanya pemula?. Sampai usia berapapun perkara cinta manusia hanya akan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Bahkan ia yang mengaku paling paham tentang pasangannya tetap menjadi amatir ketika tahu tentang hal baru pada diri pujaannya. Source: Dokumen Penulis      Kali ini penulis kembali pada tahun yang telah lewat. Masa sekolah yang telah usai pun fase remaja yang mulai mereda. Masa-masa puber yang menjadi sebuah keniscayaan, mengenalkan satu rasa yang cukup awam "ketertarikan pada lawan jenis", atau penulis sebut "jatuh cinta". Perjalanan mengenal CINTA membuat penulis belajar banyak sekali hal baru. Belajar tentang kecewa, merelakan, mengalah, bekerja sama, bersabar, dan mengendalikan perasaan bersamaan dengan logika.      Bodoh akan cinta juga pernah dilewati. Mengenal orang yang

JIWA KECIL YANG TERLUKA

Gambar
  Malam nampak merenung Selepas hujan membasuh khawatirnya, juga jenuh yang lama mengendap Dalam pelukan dingin, aku ingat-ingat lagi Kapan aku suguhkan tawa nan lega pada dunia, senyuman pada apa yang kujumpai pun kejujuran hati paling berani   Samar-samar ingatan itu tergambar Nampak abu-abu, persis kumulonimbus yang selalu tampak serius Namun dengan pelan gerimis turun dari cekung mataku Mencoba membasuh perih yang tersisa atas luka yang tak benar-benar sembuh Dari koma yang tiba-tiba siuman   Source: Dokumen Penulis Lupa, aku tak benar-benar lupa Nyatanya semua itu hanya mengendap saja Kapan waktu menghendaki, luka itu kan menganga juga Menyadari hadirnya dan menerima adanya lebih bijak Sebab, semua memang bagian menuju dewasa   Memeluk si kecil yang terluka suatu keniscayaan si dewasa Hadirkan aman dan tenang padanya Lalu bisikkan, “ Tak apa kini kau aman bersamaku, kita hadapi hidup ini bersama “ Bogor, 16 Juli 2022 “JIWA KECIL YANG TERLUK

Lingkaran Takdir

Gambar
  “Jalan untuk menghindari takdir adalah jalan menuju takdir”  -Sujiwo Tedjo-      Begitulah kutipan yang dikatakan seorang seniman saat diwawancara pada sebuah acara. Perlahan aku resapi, unik sekali proses dalam kehidupan. Tidak seteknis yang dibayangkan sebelumnya. Hidup kadang kidding, hidup kadang sebecanda itu. Manusia saja yang terlalu serius memainkan sandiwaranya. Menghindari bahkan menolak sesuatu yang memang telah digariskan hanyalah sebuah kesia-siaan. Ibarat seseorang di dalam hutan, ia hanya berputar dan pada akhirnya bertemu pohon yang sama. Apakah selamanya akan tersesat? , tidak bagi mereka yang mau mencari jalan pulang. Menyelesaikan yang tertulis, menjalani hingga selesai, mengikuti proses yang dimau oleh semesta. Semesta tak berjanji semua akan berjalan cepat atau lambat tapi ia hanya buktikan bahwa semua pasti terjadi sesuai dengan ritme dan semestinya. Jalan yang telah terbentang membawa masa nya sendiri. Jatah, wayah, wadah, setiap manusia tidak ada yang sama